Labuhanbatu Selatan, bintangharian.com – Ratusan warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Panji Perjuangan Teluk Panji melakukan aksi pendudukan lahan milik PT Supra Marta Abadi (SMA) di Desa Batang Seponggol, perbatasan dengan Desa Teluk Panji, pada Senin (14/4). Massa mengklaim bahwa lahan seluas 118,5 hektar yang selama ini dikuasai perusahaan, merupakan milik masyarakat Teluk Panji yang telah dirampas sejak tahun 1986.
Dengan membawa spanduk dan berorasi lantang, massa menuntut agar PT SMA segera mengembalikan lahan yang mereka klaim sebagai hak masyarakat. “Lahan ini milik kami, masyarakat Teluk Panji! Kami minta perusahaan segera angkat kaki dari sini. Sebelum ada keputusan tetap, kami larang siapa pun beraktivitas di atas tanah ini, termasuk pihak perusahaan,” tegas Raymond Pakpahan, Ketua Kelompok Tani Panji Perjuangan.
Aksi pendudukan berlangsung tertib hingga akhirnya, sekitar pukul 13.00 WIB, pihak perusahaan mengajak empat perwakilan massa untuk berdialog di kantor PT SMA. Pertemuan itu dilakukan tertutup, didampingi oleh jajaran Polres Labusel dan Polsek Teluk Panji, serta tanpa kehadiran awak media.
Usai pertemuan, Humas PT SMA Julius Sianipar kepada wartawan menyampaikan bahwa pihak perusahaan meminta waktu dua minggu untuk memberikan jawaban resmi atas tuntutan warga. Sebagai bentuk itikad baik, massa setuju meninggalkan lokasi dan membongkar tenda yang sebelumnya mereka dirikan.
“Kami menegaskan, lahan tersebut berada dalam area HGU yang sah milik perusahaan. Jika ada pihak yang merasa memiliki hak atas lahan tersebut, silakan menempuh jalur hukum. Tidak perlu dengan demo atau provokasi,” ujar Julius.
Namun, suasana sedikit memanas setelah Raymond Pakpahan enggan memberikan keterangan lebih lanjut kepada media. Ia bahkan menyatakan bahwa aksi ini dilakukan tanpa campur tangan pihak luar dan tidak perlu dipublikasikan secara luas. “Kami tidak butuh media dan tidak ingin ini dibesar-besarkan,” ucapnya.
Pernyataan tersebut langsung menuai reaksi dari Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Labuhanbatu Selatan, Candra Marwansyah Siregar SH, yang turut hadir meliput di lokasi. “Ada apa dengan Ketua Kelompok Tani itu? Kenapa takut diliput media? Jangan-jangan ada agenda tersembunyi di balik aksi ini,” sindirnya.
Aksi ini diprediksi akan terus bergulir dan menjadi sorotan publik, terutama jika dalam dua minggu ke depan tidak ada jawaban memuaskan dari pihak perusahaan. Sengketa lahan antara masyarakat dan perusahaan kembali menjadi catatan penting tentang pentingnya penataan agraria yang adil di daerah ini.