MEDAN, SUMATERA UTARA, bintangharian.com – Komitmen dunia akademik dalam memberdayakan kelompok rentan kembali ditunjukkan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU). Pada Jumat, 12 Juli 2025, mereka menyambangi kawasan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, untuk menggelar kegiatan bersama para nelayan perempuan yang tergabung dalam organisasi Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI).
Dengan mengusung tema “Pendampingan Berbasis Modal Sosial untuk Meningkatkan Kesejahteraan Perempuan”, kegiatan ini bertujuan memperkuat peran strategis perempuan pesisir dalam memanfaatkan jaringan sosial sebagai jalan menuju kesejahteraan.
Kegiatan ini bukan hanya menghadirkan penyuluhan, tetapi juga membuka ruang dialog dan tukar gagasan. Para nelayan perempuan, tokoh pemuda, serta perangkat kampung diajak berdiskusi aktif mengenai pentingnya membangun kepercayaan, kerja sama, dan solidaritas sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Bangun Harmoni Sosial, Tingkatkan Kesejahteraan
Ketua tim pengabdian, Prof. Dr. Bengkel Ginting, M.Si., dalam pemaparannya menegaskan pentingnya membangun modal sosial sebagai fondasi kesejahteraan masyarakat pesisir.
“Modal sosial bukan hanya tentang hubungan individu, tetapi soal rasa percaya, gotong royong, dan semangat kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama. Ini yang harus terus kita tumbuhkan di komunitas seperti Kampung Lalang,” tegasnya.
Senada dengan itu, Alwi Dahlan Ritonga, S.I.P., M.I.Pol., menambahkan bahwa modal sosial juga bisa menjadi alat penyelesai konflik sosial yang menghambat kemajuan kelompok.
“Dengan modal sosial yang kuat, masyarakat bisa menekan perilaku-perilaku yang kontraproduktif dan membentuk budaya kolektif yang selaras dalam mencapai kesejahteraan,” ujarnya.
Bagan Deli Dipilih karena Jumlah Nelayan Perempuan Terbanyak
Pemilihan lokasi kegiatan di Bagan Deli bukan tanpa alasan. Menurut tim pengabdian FISIP USU, kawasan ini merupakan salah satu wilayah dengan jumlah nelayan perempuan terbanyak di Kecamatan Medan Belawan, yang sekaligus menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan dari segi pemberdayaan perempuan.
Kegiatan juga diselingi sesi dengar pendapat yang memberi ruang kepada peserta untuk menyuarakan aspirasi, pengalaman, dan tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, para dosen juga mendorong lahirnya solusi bersama dari akar rumput, sebagai bentuk penguatan kapasitas kolektif dalam menyelesaikan persoalan.
Dengan semangat kolaborasi dan penguatan komunitas, kegiatan pengabdian ini menjadi bukti bahwa sinergi antara akademisi dan masyarakat bisa menjadi jalan nyata menuju perubahan sosial yang lebih adil dan berkelanjutan, terutama bagi perempuan pesisir yang selama ini kerap terpinggirkan dari kebijakan pembangunan.